Pendidikan Islam Multikultural Lokal di Indonesia: Studi Kasus Pendidikan Tradisional Surau di Minangkabau
Local Islamic Multicultural Education in Indonesia: A Case Study of Traditional Surau Education in Minangkabau
DOI:
https://doi.org/10.35719/fenomena.v9i1.465Indonesia is a country with multi-ethnic, cultural, and religious diversity. This diversity makes Indonesia dynamic, with both positive and negative implications. The negative implications include the potential for clashes, conflicts, and anarchy. To control this negative potential, multicultural education is one of the solutions—education that builds wisdom in understanding differences dynamically. However, multicultural education is considered a new concept in Indonesia. In fact, without our awareness, multicultural education has existed and developed in local education systems in Indonesia. One example can be seen in local Islamic education in Minangkabau. The local Islamic education conducted in small surau (prayer houses) in Minangkabau has introduced multicultural education. The local multicultural education in Minangkabau has at least fostered tribal and religious tolerance, integrating these two elements into the socio-cultural strength of the Minangkabau people, reinforced by the tribal philosophy of basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Based on this fact, religion and tribe coexist harmoniously. The local multicultural education built in small surau has proven capable of creating harmonious dynamics by connecting tradition and religion through a locally friendly approach.
Indonesia merupakan negara dengan keberagaman etnis, budaya, dan agama. Hal ini menjadikan Indonesia dinamis dalam keberagaman dengan implikasi positif dan negatif. Implikasi negatifnya adalah potensi terjadinya benturan, konflik, dan anarki. Untuk mengendalikan potensi negatif ini, pendidikan multikultural menjadi salah satu solusinya, yaitu pendidikan yang membangun kebijaksanaan dalam memahami perbedaan secara dinamis. Namun, pendidikan multikultural dianggap sebagai hal baru di Indonesia. Padahal, tanpa disadari, pendidikan multikultural telah ada dan berkembang dalam pendidikan lokal di Indonesia. Salah satunya dapat dilihat dalam pendidikan Islam lokal di Minangkabau. Pendidikan Islam lokal yang dilaksanakan di surau-surau kecil di Minangkabau telah memperkenalkan pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural lokal di Minangkabau setidaknya telah membentuk toleransi suku dan agama, sehingga kedua elemen tersebut terintegrasi dan menjadi kekuatan sosio-kultural masyarakat Minangkabau yang diperkuat melalui filosofi suku basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Berdasarkan fakta tersebut, agama dan suku berjalan berdampingan secara harmonis. Pendidikan multikultural lokal yang dibangun di surau-surau kecil telah terbukti mampu menciptakan dinamika yang harmonis karena dapat menghubungkan tradisi dan agama dengan pendekatan lokal secara ramah.
Downloads
References
Azra, Azyumardi. (1999). Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Logos: Jakarta.
Bikhu Parekh. (2001). Rethinking Multiculturalism. Harvard University Press: USA.
Hanani, Silfia. (2002). Surau Aset Lokal Yang Tercecer. Humaniora: Bandung.
Jhonson, Doyle Paul. (1986). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. PT. Gramedia: Jakarta.
Koentjaraningrat. (2000). Mentalitas Pembangunan Indonesia. PT. Gramedia: Jakarta.
Kuntowijoyo. (1999). Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi. Mizan: Bandung.
Rachman, Budhy Munawar, dkk. (1999). Dekonstruksi Islam Mazhab Ciputat. Zaman: Jakarta.
Wasim, Alef Theria, dkk. (Ed.). (2004). Harmoni Kehidupan Beragama: Problem, Praktik, dan Pendidikan. Oasis Publisher: Yogyakarta.
Downloads
Section
License
Copyright (c) 2010 Silfia Hanani

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.