Eksplorasi Etnomatematika Masyarakat Pesisir Selatan Kecamatan Puger Kabupaten Jember
Exploration of Ethnomathematics in the Coastal Community of Puger District, Jember Regency
DOI:
https://doi.org/10.35719/fenomena.v15i2.480The idea of ethnomathematics can enrich mathematical knowledge. If the development of ethnomathematics has been studied, it means that mathematics is taught by incorporating local culture. According to Bishop (1994b), mathematics is a form of culture that integrates into all aspects of society. Essentially, mathematics is a symbolic technology that grows from culturally rooted skills or environmental activities. Thus, an individual's mathematics is influenced by their cultural background, as what they do is based on what they see and feel. Culture affects individual behavior and plays a significant role in developing understanding, including mathematical learning (Bishop, 1991). Mathematics education is inherently intertwined with societal life, contrary to the conventional view that mathematics is a culture-free and value-free science. Ethnomathematics experts argue that the development of mathematics cannot be separated from the culture and values present in society.
Gagasan etnomatematika dapat memperkaya pengetahuan matematika. Jika perkembangan etnomatematika telah dikaji, berarti matematika diajarkan dengan memanfaatkan budaya lokal. Menurut Bishop (1994b), matematika merupakan bentuk budaya yang terintegrasi dalam semua aspek masyarakat. Pada hakikatnya, matematika adalah teknologi simbolis yang tumbuh dari keterampilan atau aktivitas lingkungan yang bersifat budaya. Dengan demikian, matematika seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budayanya, karena apa yang mereka lakukan berdasarkan apa yang mereka lihat dan rasakan. Budaya memengaruhi perilaku individu dan berperan besar dalam pengembangan pemahaman, termasuk pembelajaran matematika (Bishop, 1991). Pendidikan matematika sebenarnya telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, bertentangan dengan konsep konvensional yang memandang matematika sebagai ilmu yang bebas budaya dan nilai. Para ahli etnomatematika berpendapat bahwa perkembangan matematika tidak terlepas dari budaya dan nilai yang ada dalam masyarakat.
Downloads
References
Bishop, A. J. (1994b). Cultural Conflicts in the Mathematics Education of Indigenous People. Clayton, Victoria: Monash University.
Bishop, A. J. (1991). The Symbolic Technology of Mathematics: Its Role in Education. Bulletin de la Société Mathématique de Belgique, T.XLIII.
Gerdes, P. (1994). Reflection on Ethnomathematics. For the Learning of Mathematics, 14(2), 19-21.
Hiebert, J., & Carpenter, T. P. (1992). Learning with Understanding. Dalam D. A. Grouws (Ed.), Handbook of Research on Mathematics Teaching and Learning. New York: Macmillan.
Nur, M., & Wikandari, P. R. (2008). Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivistik dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Rachmawati, I. (2012). Eksplorasi Etnomatematika Masyarakat Sidoarjo. MATHEdunesa, 1(1).
Tandililing, E. (2013). Pengembangan Pembelajaran Matematika Sekolah dengan Pendekatan Etnomatematika Berbasis Budaya Lokal sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika di Sekolah. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 9 November 2013, P-25.
Downloads
Section
License
Copyright (c) 2016 Indah Wahyuni

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.