MEMBUMIKAN IKLIM PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM MENCEGAH SIKAP EKSTRIMISME BERAGAMA DI SD SINTHA JEMBER
Grounding Multicultural Education Climate In Preventing Religious Extremism In Sintha Elementary School Jember
DOI:
https://doi.org/10.35719/fenomena.v19i1.35Indonesia sebagai Negara yang oleh Cliffort Geertz disebut sebagai new state of old societies. Indonesia adalah Negara baru yang terbentuk dari komunitas-komunitas lama berupa kerajaan, komunitas budaya, kelompok suku, agama dan sebagainya. Karena itu, Indonesia sering disebut sebagai bangsa yang majemuk (plural). Pendidikan multikultural, sebagai salah satu alternatif pendekatan pembelajaran, menjadi salah satu ikhtiar lembaga pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai toleransi antar umat beragama. Usia anak SD yang tergolong usia operasi konkrit yang perlu dibimbing dalam menterjemahkan konsep abstrak ke dalam konsep konkrit. Dengan membiasakan anak berinteraksi di tengah perbedaan dan keberagaman, ketika mendapatkan bimbingan yang tepat anak dapat memahami dan bijak menyikapi perbedaan tersebut. hal ini sejalan dengan semangat yang ditampilkan kurikulum 2013 dengan pembelajaran “bermakna” nya. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif-deskriptif. Penelitian ini menggambarkan bagaimana pembelajaran multikultural yang dilaksanakan di SD Sintha dilaksanakan. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi untuk mengungkap fakta di lokasi penelitian. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam menggambarkan sikap menghargai perbedaan yang harus ditanamkan kepada siswa serta menghindari sikap ekstrimisme dalam beragama di kalangan peserta didik.
Clifford Geertz called Indonesia a new state of old societies. Indonesia is a unique country formed from Old communities in the form of kingdoms, cultural communities, ethnic groups, religions, and so on. Therefore, Indonesia is often referred to as a pluralistic nation. Multicultural education, as an alternative approach to learning, is one of the efforts of educational institutions to instill the values of tolerance between religious communities. The age of elementary school children who belong to the age of concrete operations needs to be guided in translating abstract concepts into tangible concepts. By accustoming children to interact amid differences and diversity, when getting the proper guidance, children can understand and wisely respond to these differences. This is in line with the spirit displayed in curriculum 2013 with its “meaningful” learning. This study uses a qualitative descriptive research approach. This study describes how multicultural education is implemented in SD Sintha implemented. Data collection in this study uses observation techniques, interviews, and documentation to reveal the facts at the research site. This research is expected to contribute to describing the attitude of respect for differences that must be instilled in students and avoid attitudes of extremism in religion among students.
Downloads
References
Suaedi, Ahmad dkk, 2007, Politisasi Agama Dan Konflik Komunal: Beberapa Isu Penting Di Indonesia, Jakarta: The Wahid Institute
Abd. Muis, Abd, 2013, Pengantar Dan Dimensi-Dimensi Pendidikan, Jember: STAIN Press
BPS 2010. Diunduh dari laman https://nasional.kompas.com
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Badan Bahasa
BPS Kabupaten Jember tahun 2016.
Parekh, Bikhu, 2008, Rethingking Multiculturalism; Keberagaman Budaya dan Teori Politik, Yogyakarta: Kanisius
Koentjaraningrat, 1990, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Misrawi, zuhairi, 2010, Al-Quran Kitab Toleransi; Tafsir Tematik Islam Rahmatan Lil Alamin, Jakarta: Oasis, 2010
Hasan, Muhammad Tolchah , 2016, Pendidikan Multikultural; Sebagai Opsi Penanggulangan Radikalisme, Malang: Universitas Islam Malang
Durkheim, Emile , 2011, The Elementary Forms Of The Religious Life, Yogyakarta: Ircisod
Misrawi, Zuhairi, 2009, Mekkah; Kota Suci, Kekuasaan Dan Teladan Ibrahim, Jakarta: Kompas, 2009, Madinah; Kota Suci, Piagam Madinah dan Teladan Muhammad Saw Jakarta: Kompas, 2009
Alwi Shihab, Alwi, 1999, Islam Inklusif; Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama, (Bandung: Mizan, 1999
Hafid Hasyim, Hafid, 2013, Klaim Kebenaran Beragama, Jember: STAIN Press. 2013. 209
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Nomor 20 Tahun 2003, Bandung: Nuansa Aulia
Azra, Azzumardi, Pendidikan Multikultural (Membangun Kembali Indonesia Bhineka Tunggal Ika)
Molan, Benyamin, 2015, Multikulturalisme: Cerdas Membangun Hidup Bersama Yang Stabil Dan Dinamis, Jakarta: Indeks
Sulistyabudi, Noor, 2014, Bambang Suta, Salamun, Implementasi Pendidikan Multikultural Di Sma Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta: BNPB DIY Yogyakarta,
Ghazali, Abd. Moqsith , 2009, Argument Pluralism Agama, Jakarta: Katakita
Syam, Nur, 2009, Tantangan Multikulturalisme Indonesia, Yogyakarta: Kanisius
Gunbayi, Ilhan, School Climate and Teacher`s Perceptions on Climate Factors : Research Into Nine Urban High Schools, The Turkish Online Journal of Educational Technology (TOJET), 2007
Tubbs, JE, dan Garner, M, 2008, The Impact of School Climate on School Outcomes, Journal Of College Teaching and Learning
Stichter, Kenneth, Student School Climate Perceptions as a Measure of School District Goal Attainment, Journal of Educational Research & Policy Studies, 2008. 45
Maskuri, dkk, 2007, Kyai Tanpa Pesantren; Kiprah Dan Pengabdian Sang Kyai Dalam Pandangan Para Akademisi, Malang: Paramasastra Press
Maskuri Bakri, 2013, Kebijakan Pendidikan Islam, pada bab 4 tentang Kebijakan Pendidikan Islam Tentang Multikultural, Jakarta: Nirmana Media
Dahana, Radhar Panca , 2001, Menjadi Manusia Indonesia, Yogyakarta: LKIS.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2020 Leny Marinda
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.